Jumat, 24 Desember 2010

Tong sampah Jakarta

Saat ini sampah adalah permasalahan yang cukup kompleks yang harus dipecahkan secara bersama-sama. Karena jumlah penduduk di Jakarta cukup padat dan itu berarti jumlah sampah yang dihasilkan pun cukup banyak juga. Tidak heran untuk kita melihat tumpukan sampah di jalanan, di tempat sampah yang mana tumpukan sampah itu sudah melebihi kapasitas yang ada ataupun di kali, itu sebagai bukti bahwa sampah dalam permasalahan yang sangat serius dan menjadi sebuah bencana apabila kita dan para staff Pemda DKI Jakarta tidak menangani secara serius.
Ketisadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan adalah salah satu faktor kunci atau faktor utama dari banyaknya sampah di jalanan. Padahal apabila kita menjadi seorang yang disiplin akan kebersihan lingkungan, itu berarti kita sudah membantu para penyapu jalan dari Satgas SOR untuk meringankan tugas mereka.
Itulah sebabnya saya dan salah satu teman saya yang bernama Theresia ingin membuat sebuah gerakan lingkungan untuk membantu para pekerja untuk meringankan tugas mereka dan judul gerakan kami adalah : Tong Sampah Jakarta. Gerakan ini kami bentuk sebagai rasa kepedulian kami terhadap longkungan di Jakarta yang sudah penuh sesak dengan kemacetan, polusi udara dan sampah. Semoga gerakan kami berhasil dalam menciptakan lingkungan yang bersih.

Minggu, 14 November 2010

'Showroom' Terbesar Di Dunia

Semalam saya pergi ke tempat pacar saya di daerah Grand Indonesia. Di dalam perjalanan saya merasakan jalan raya Sultan Agung cukup lengang. Begitu juga ketika saya dalam perjalanan pulang menuju rumah, saya merasakan jalan Laturahari cukup lengang. Sampai pada akhirnya saya berpikir bahwa seandainya kondisi jalan raya di Jakarta seperti semalam dimana kondisi jalan tersebut di masa-masa hari kerja, mungkin saya dan para karyawan kantor tidak akan telat untuk ke tempat tujuannya.
Pemerintah Daerah DKI Jakarta atau Pemerintah Pusat sudah seharusnya saling bekerja sama dalam mengatasi standard kepemilikan kendaraan pribadi di Jakarta. Seperti di terapkan di Perancis bahwa 1 kepala keluarga hanya bisa memiliki mobil sebanyak 2 unit dan apabila lebih dari itu, mereka akan dikenai sanksi yang keras seusai dengan hukum yang telah ditetapkan.
Apabila Pemerintah DKI Jakarta tidak membuat sebuah peraturan dengan sanksi hukum yang nyata untuk masalah batas kepemilikan mobil, mungkin Jakarta sudah menjadi sebuah 'showroom' mobil terbesar di dunia dan mungkin Jakarta tidak mempunyai sebuah jalan dengan arus lalu-lintas yang lancar tanpa kemacetan.

Sabtu, 13 November 2010

Filosofi Versus Perda

Peraturan Daerah yang mengenai pelarangan merokok di tempat umum belum ada kepastian hukum bagi yang melanggar. Begitu banyak restoran di dalam Mall yang menyediakan smoking area padahal sudah dilarang melalui Peraturan Daerah tersebut. Masih banyak orang yang merokok di halte bis dan tempat-tempat lain yang tertulis kawasan bebas asap rokok.
Banyak Peraturan Daerah yang dibuat seperti uji emisi kendaraan, pelarangan merokok di tempat umum, dll. tetapi ini adalah sebuah tindakan yang mubazir tanpa adanya sebuah implementasi di lapangan dan menghukum mereka yang sudah melanggar sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan. Saya melihat bahwa banyak dari masyarakat Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya bahwa mereka adalah orang yang 'kebal hukum'. Bahkan mereka mempunyai filosofi bahwa hukum dibuat untuk dilanggar. Awalnya filosofi ini hanya sebagai sebuah lelucon saja tetapi sepertinya filosofi ini sudah menggerogoti pola pikir mereka dan sudah mendarah daging. Harus ada tindakan sangat realitis dari Pemerintah DKI Jakarta bagi yang melanggar sehingga Peraturan Daerah tersebut bisa berjalan secara efektif dan efisien.

I Love Jakarta Clean

I Love Jakarta Clean adalah sebuah kalimat yang saya selalu lihat disaat saya berangkat ke Kampus. Sebuah kalimat yang mana ternyata masih aada beberapa orang yang menginginkan Jakarta sebuah Ibukota Negara Indonesia ini bersih. Sebuah kalimat yang mana bahwa mereka berusaha untuk membujuk kita supaya kita melakukan sesuatu supaya Jakarta ini indah.
Kita sudah seharusnya sadar akan apa yang sedang dialami kota Jakarta. Akan tetapi mereka seolah-olah tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Individualisme terlihat jelas dari struktur sosial kemasyarakatan di Jakarta. Mungkin mereka berpikir bahwa masalah di Jakarta adalah urusan Pemerintah Daerah DKI Jakarta atau untuk masalah sampah yang berserakan di jalan raya atau mungkin di trotoar, mungkin mereka hanya berpikir dan bilang di dalam hati bahwa masih banyak petugas pembersih sampah dan masih banyak penyapu jalan raya.
Apakah orang-orang seperti itu tidak pernah berpikir bahwa petugas penyapu jalan raya hanya mendapatkan gaji yang rendah dengan cara memperolehnya dengan bertarung dengan panas terik matahari dan bersahabat dengan sampah ? Dengan cara kita untuk membuang sampah pada tempatnya berati kita telah membuat pekerjaan mereka lebih ringan. Apabila seluruh warga masyarakat yang tinggal di Jakarta bisa melakukan hal sekecil itu, I Love Jakarta Clean bukan hanya sebagai impian saja tetapi bisa menjadi sebuah kenyataan.

Kompleksitas DKI Jakarta

Saya sebagai warga Jakarta melihat Ibukota negara ini cukup memprihatinkan. Jakarta yang seharusnya menajdi Ibukota yang bersih telah menjadi sebuah rumah yang tak bertuan. Polusi udara, kemacetan dan kesejahteraan sosial masyarakat yang minim adalah salah satu gambaran buruk kota Jakarta.
Asap kendaraan umum dan asap kendaraan pribadi adalah salah satu faktor penyebab polusi udara. Padahal ada sebuah peraturan yang mengharuskan setiap kendaraan melakukan uji emisi dengan tujuan untuk mengurangi polusi udara. Akan tetapi, peraturan itu hanya sebagai wacana kosong saja. Ditambah, Jakarta juga minim dengan taman kota. Padahal setiap wilayah suatu daerah harus mempunyai lahan 30% untuk taman kota sebagai paru-paru kota tetapi apa yang saya dengar dari salah satu siaran radio bahwa Jakarta hanya memiliki 3% lahan untuk taman kota. Setiap ada lahan yang kosong dijadikan sebuah gedung yang berupa apartemen ataupun perkantoran.
Kemacetan adalah salah satu pelanggan tetap yang sudah berlangsung lama. Tidak adanya peraturan dan sanksi yang keras dari pemerintah tentang kepemilikan kendaraan pribadi menyebabkan setiap kepala keluarga mempunyai lebih 2 mobil. Selain itu, penyebab kemacetan adalah ketidaksiplinan para pengemusi kendaraan pribadi ataupun umum. Bis, angkot atau mikrolet sering berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang dijalanan. Begitu juga dengan kendaraan pribadi, banyak dari mereka yang tidak menaati peraturan lalu-lintas seperti parkir atau berhenti secara sembarangan.
Yang menajdi langganan berikutnya untuk kota Jakarta adalah masalah banjir. Ini juga disebabkan ketidaksiplinan masyarakat karena banyak orang yang membuang sampah sembarangan khususnya warga-warga yang tinggal di bantaran kali ciliwung. Seharusnya Pemerintah Daerah DKI Jakarta menggusur wilayah tersebut dengan ada sebagai penggantinya seperti rumah susun. Tetapi Pemerintah Daerah DKI Jakarta tidak mempunyai sebuah perencanaan seperti itu.
Sebagai Ibukota Negara, bukan berarti Jakarta bebas dari kemiskinan. Seperti contoh bahwa masih banyak dari warga Jakarta yang masih tinggal di bantaran kali ciliwung, kolong jembatan, stasiun-stasiun kereta api. Mereka yang masih beruntung, tinggal di pemukiman padat penduduk meskipun tempat tinggalnya masih dibilang layak daripada yang tinggal di kolong jembatan tetapi tempat ini juga rawan dengan kebakaran.